Jumat, 21 Oktober 2011

bahasa indonesia inisiasi2

HUBUNGAN ANTARKETERAMPILAN BERBAHASA

Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak dan berbicara (lisan) serta membaca dan menulis (tulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan yang lainnya.
Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Contohnya menyimak dengan berbicara lebih erat dibandingkan hubungan menyimak dengan membaca atau menulis. Hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung. Perhatikan tabel berikut ini.

Tabel 1.
Hubungan Keterampilan Berbahasa

Keterampilan Berbahasa
Sifat
Lisan
Tulis
Menyimak
Membaca
Reseptif

Berbicara

Menulis


Produktif


Melalui tabel tersebut kita dapat mengkaji hubungan antarketerampilan berbahasa. Pada ragam lisan, yaitu menyimak dan berbicara berada pada ruang yang sama. Dalam kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar atau berganti peran. Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan sebaliknya, pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan tanya jawab, saling memberi masukan atau interaktif.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik. Demikian pula pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan menulis. Artinya, untuk dapat menjadi penulis yang baik, orang harus memiliki keterampilan membaca yang baik.
<

pengantar ilmu komunikasi inisiasi 1-6

INISIASI I

PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN UNSUR-UNSUR YANG TERLIBAT DI DALAMNYA

Saudara Mahasiswa, pada inisiasi 1 ini kita akan membahas tentang apa itu komunikasi, proses komunikasi dan unsur-unsur apa saja yang terlibat dalamsuatu proses komunikasi.

Saudara Mahasiswa, kita sebagai orang yang berkecimpung dalam bidang komunikasi, saya sebagai tenaga pengajar dan Anda sebagai mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, tentu sangat tidak asing dengan istilah komunikasi. Sering kita mendengar orang berkata ”sebaiknya hal itu dikomunikasikan terlebih dahulu”, ”itu diakibatkan karena adanya miss communication” dan sebagainya. Lalu, apa arti sesungguhnya dari komunikasi itu sendiri?. Banyak para ahli mendefinisikan komunikasi, namun secara garis besar yang dimaksud dengan Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut, terdapat beberapa unsur di dalamnya, yaitu sumber/komunikator/pengirim pesan, pesan yang dipertukarkan, saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan, penerima pesan/komunikan, dampak/efek yang diakibatkan karena adanya pertukaran pesan, umpan balik/respon yang diberikan terhadap pesan yang diterima, serta gangguan/ noise yang mungkin muncul ketika proses komunikasi berlangsung.

Bila kemudian unsur-unsur komunikasi tersebut menyatu dalam suatu kegiatan komunikasi, maka terbentuklah suatu proses komunikasi yaitu serangkaian tindakan yang terjadi secara berurutan dalam kurun waktu tertentu dan memiliki keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Namun demikian, tidak setiap proses komunikasi melibatkan semua unsur komunikasi. Tergantung pada konteks terjadinya komunikasi.
inisiasi2
Saudara mahasiswa, di dalam ilmu komunikasi dikenal adanya model-model komunikasi. Model-model tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu model dasar komnikasi, model pengaruh komunikasi dan model dampak komunikasi. Model sendiri menurut Littlejohn adalah representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide. Model sering digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena yang terjadi dalam berbagai peristiwa dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali peristiwa komunikasi. Dalam peristiwa komunikasi model digunakan untuk melihat faktor-faktor atau unsur-unsur yang terlibat dalam peristiwa komunikasi, struktur yang terjadi dalam peristiwa komunikasi dan peran yang dimainkan oleh masing-masing unsur. Berikut perincian dari tiga modcel komunikasi tersebut. 1. Model dasar komunikasi, yang menggambarkan proses terjadinya peristiwa komunikasi, yaitu menggambarkan tentang unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dan bagaimana masing-masing unsur saling terkait membentuk suatu proses komunikasi. Adapun yang termasuk model dasar komunikasi adalah model komunikasi intra pribadi dan antar pribadi dari Barnlund; model komunikasi linear dari Lasswell: model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm; model komunikasi Gerbner; Model komunikasi Riley and Riley; model komunikasi Newcomb; model komunikasi Shanon dan Weaver; model komunikasi DeFleur; 2. Model pengaruh komunikasi, yaitu model yang menggambarkan bagaimana upaya komunikator dalam mempengaruhi khalayak agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak. Yang menjadi titik perhatian dari model ini adalah pihak komunikator atau sumber penyampai pesan. Adapun termasuk dalam model pengaruh komunikasi antara lain: model stimulus respon dari Dew Flerur; model pengaruh psikkologis TV dari Comstock; model komunikasi dua tahap dari Katz dan Lazarsfeld; model spiral kehening dari Noelle-Neumann; 3. Model dampak komunikasi, dengan fokus utama pada dampak dari suatu peristiwa komunikasi. Model ini menggambarkan bagaimana akibat atau dampak yang terjadi pada diri khalayak setelah khalayak diterpa suatu pesan komunikasi. Dampak yang ditimbulkan bisa hanya sekedar terbentuknya pengetahuan (kognitif) khalayak, bisa sikap (afektif) khalayak, atau bahkan sampai terjadi perubahan perilaku ( konatif) pada diri khalayak.

INISIASI 3
INFORMASI

Saudara mahasiswa, kata informasi tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan informasi itu sendiri?. Ada tiga pandangan yang memberikan definsi terhadap informasi. Untuk lebih jelasnya, berik,ut pen jabaran dari tiga pandangan tersebut mengen ai definisi ingormasi. 
1. pandangan yang mendefinisikan informasi sebagai fakta atau data.
Pandangan ini menganggap informasi sebagai material yang bisa dipindahkan. Sebagai contoh: di pintu ruang praktek seorang dokter tertulis informasi bahwa dokter praktek setiap hari X pada jam Y, sehingga dengan adanya informasi tersebut para pasien menjadi tahu bahwa dokter tersebut hanya praktek pada hari dan jam sebagaimana tertulis di papan informasi. Dari contoh di atas terlihat bahwa kalimat “dokter praktek setiap hari X pada jam Y ” menjadi informasi yang sifatnya material. Penekanan dari contoh di atas lebih ke pada proses pendistribusian informasi.
2. pandangan yang mendefinisikan informasi sebagai makna data
pandangan ini mendefinisikan informasi sebagai arti atau maksud dari sesuatu data. Dalam hal ini, masing-masing orang bisa memiliki penafsiran yang berbeda tentang arti atau maksud suatu data. Penafsiran terhadap suatu data dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang terhadap data, latar belakang disiplin ilmu dan latar belakang budaya. Sebagi contoh: Asep mengajak Ujang dan Joko untuk makan di rumahnya, Ujang menjawab atos makan. Karena Asep dan Ujang orang Sunda maka Asep tahu makan dari atos adalah sudah makan. Namun sebaliknya Joko yang orang Jawa memaknai istilah atos sebagai gambaran sesuatu yang keras, maka Joko cukup kaget mendengar ucapan Ujang. Dari contoh di atas tampak bahwa “atos” menjadi informasi yang yang lebih menekankan pada makna dari informasi tersebut. dalam hal ini, “atos” dimaknai berbeda oleh individu-individu yang terlibat dalam percakapan.
3. pandangan yang mendefinisikan informasi sebagai sesuatu yang digunakan untuk mengurangi ketidak pastian, untuk itu perlu diberi alternatif pilihan informasi. Sebagai contoh: Issu adanya lemak babi pada salah satu produk makanan favorit Amir membuat Amir cukup gelisah karena selama ini dia selalu mengkonsumsi makanan tersebut. Namun, setelah pihak perusahaan makanan yang bersangkutan, pihak MUI dan pihak-pihak yang berkompeten dengan kasus tersebut memberikan informasi bahwa produk makanan tersebut bebas dari lemak babi maka Amir menjadi lega. Ilustrasi di atas menggambarkan peran informasi sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk mengatasi ketidak pastian.Kebingungan Amir teratasi dengan adanya informasi dari berbagai sumber.

INISIASI 4
KOMUNIKASI NON-VERBAL
Saudara mahasiswa, komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi, yang pada umumnya digunakan untuk memperkuat ata memperjelas pesan-pesan verbal. Sebagai contoh: Tuti meyampaikan informasi kepada Ana, sahabatnya, bahwa dia telah putus dengan pacarnya, selama menyampaikan informasi tersebut air mata tuti selalu teruari, sehingga Ana tahu bahwa tuti sangat sedih atas kondisinya saat ini. Airmata yang dikeluarkan Tuti merupakan bentuk komunikasi nonverbal yag mengindikasikan bahwa dia sangat sedih.
Dari ilustrasi di atas tampak bahwa komunikasi non verbal tidak bisa dipisahkan dari setiap kegiatan komunikasi yang kita lakukan. Dalam bahasan modul 6 kegiatan belajar 2 telah dijelaskan bahwa sebagai salah satu bentuk kegiatan komunikasi, komunikasi non verbal memiliki ciri:
1. selalu ada dalam kehidupan nyata sehari-hari. Artinya bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu didiringi dengan kegiatan komunikasi non verbal. ekspresi wajah kita, gaya bicara kirta, gerakan tangan dan kaki kita semuanya menggambarkan kegiatan komunikasi non verbal.
2. tidak mungkin tidak kita komunikasin. Hal tersebut menunjukkan bahwa direncanakan atau tidak, disengaja atau tidak komunikasi non verbal selalu kita komunikasikan.
3. terikat oleh budaya. Artinya bahwa komunikasi non verbal dipengaruhi oleh budaya dari masing-masing orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan makna antara satu orang dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda terhadap suatu perilaku non verbal. sebagai contoh anggukan kepala bagi orang Indonesia diartikan sebagai tanda setuju, sedangkan angguukan kepala pada orang jepang diartikan sebagai tanda penghormatan.
4. dapat mengungkapkan perasaan dan sikap seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi non verbal bisa mewakili seseorang dalam mengekspresikan apa yang ada dalam hatinya yang mungkin tidak terungkap melalui pesan verbal. misalnya kita sedang marah dengan teman kita, namun kita tidak berani mengatakannya hanya raut muka kita yang tampak cemberut.
5. memodifikasi pesan verbal. dalam hal ini komunikasi nverbal diartikan sebagai penguat atau pelengkap komunikasi. Misalnya kita berkata pada anak kita “ Ibu marah sekali melhat perilakumu seperti itu” ketika kita mengatakan hal tersebut diiringi intonasi yang keras, sehingga anak kita tahu bahwa ibunya benar-benar sedang masrah.
inisiasi v

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Dalam aktivitas komunikasi kita sehari-hari tanpa disadari sering kita melakukan kegiatan komunikasi antar pribadi. Percakapan kita dengan sahabat mengenai orang yang kita sukai; percakapan kita dengan orang tua mengenai perguruan tinggi yang ingin kita pilih untuk menempuh jalur kuliah dan sebagainya merupakan contoh-contoh dari kegiatan komunikasi antar pribadi yang kita lakukan. Namun, meskipun hampir setiap hari kita melakukan komunikasi antar pribadi apakah kita tahu bahwa komunikasi antar pribadi yang kita lakukan berjalan dengan efektif?. Sebagai contoh: Anda berceritera kepada teman Anda mengenai perasaan Anda yang sedang gundah ditinggal oleh kekasih Anda. Tetapi ketika Anda berceritera, ternyata teman Anda tidak menanggapi serperti yang Anda harapakan, malah teman Anda membalas ceritera Anda dengan menceriterakan kondisi dia yang sedang bahagia karena mendapat pacar baru, sehingga akhirnya Anda menghentikan ceritera Anda karena Anda merasa tidak nyaman. Contoh di atas menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi yang Anda lakukan tidak berjalan secara efektif. Lalu bagaimanakah agar komunikasi antar pribadi yang kita lakukan dapat berjalan secara efektif
Dalam modul 5 dijelaskan bahwa ada banyak sifat yang diperlukan untuk mencapai efektivitas komunikasi antar pribadi. Menurut perspektif humanistik efektifitas komunikasi dapat tercapai bila di antara orang-orang yang telibat dalam komunikasi antara pribadi memiliki sifat::
  1. keterbukaan, yaitu mau membuka diri pada teman bicara mengenai pikiran dan gagasan kita serta mau menanggapi pendapat orang lain
  2. empati, yaitu mau memahami apa yang dirasakan orang lain sehingga seolah-olah kita berada pada posisi orang tersebut
  3. perilaku suportif, yaiktu mau menerima masukan dari orang lain dan tidak bertahan pada pendirian
  4. perilaku positif, yaitu menilai diri sendiri maupun teman bicara secara positif.
  5. kesamaan, yaitu adanya pengalaman yang sama di antara orang-orang yang terlibat dalam percakapan serta adanya kesamaan kedudukan dalam berkomunikasi artinya tidak ada pendominasian percakapan dalam komunikasi tersebut.
Sedangkan perspektif pragmatis menganggap komunikasi antar pribadi dapat berjalan secara efektif bila orang-orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi memiliki sifat:
  1. yakin, yaitu tidak adanya rasa gelisah, malu atau gugup ketika berbicara dengan orang lain
  2. kebersamaan, yaitu memperhatikan apa yang dibicarakan teman bicara dan bisa merasakan apa yang ia rasakan
  3. manajemen interaksi, yaitu bisa mengontrol dan menjaga interaksi dengan teman bicara agar tercapai kepuasan dari kedua belah pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi
  4. perilaku ekspresif, yaitu melibatkan diri secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan teman bicara.
  5. orientasi pada orang lain, yaitu memperhatikan kepetingan teman bicarta dan tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Dari dua pandangan di atas dapat disarikan bahwa untuk mecapai efektifitas komunikasi interpersonal adalah adanya sifat keterbukaan dari diri kita sendiri dan kita siap menerima, memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh teman bicara. Bila sifat tersebut telah kita miliki niscaya komunikasi interpersonal yang klita lakukan dapat berjalan secara efektif.

INISIASI VI
Proses komunikasi massa
Komunikasi massa adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Dalam hal ini redaksi media massa berfungsi sebagai sumber dan masyarakat pembaca, pendengar atau pemirsa menjadi khalayak dari media massa tersebut.
Saudara mahasiswa, dalam aktivitas komunikasi massa terjadi suatu proses decodeng, interpreteting dan encodeng. Yaitu suatu proses yang terjadi pada diri redaksi suatu media massa yang meliputi kegiatan membaca pesan yang diterima dari pengirim berita, memaknai pesan yang dikirim tersebut dan kemudian membentuk pesan yang akan disampaikan pada khalayak. Sebagai contoh. Ketika media massa menerima informasi tentang adanya bencana alam Tsunami di Aceh, redaksi media massa menginterpretasikan berita tersebut sebagai suatu bencana nasional yang sangat memprihatikan dan memerlukan bantuan dari seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, media massa kemudian membentukatau membuat berita yang di dalamnya mengupas tentang bencana Tsunami dan himbauan-himbauan agar masyarakat mau mengulurkan bantuannya ke pada masyarakat Aceh yang terkena bencana Tsunami. Berita yang dibuat tersebut kemudian disebarkan ke seluruh masyarakat Indonesia melaui siaran berita. Sehingga seluruh masyarakat Indonesia mengetahu bahwa telah terjadi bencana alam Stunami di Aceh.
Dalam komunikasi massa, proses decoding, interpreteting dan encoding sebenarnya tidak hanya terjadi pada pihak pengelola media massa (redaksi media massa), namun juga terjadi pada diri khalayak. Khalayak dalam menerima berita juga akan melakukan proses membaca/melihat/mendengarkan pesan, menginterpretasikan pesan dan membentuk pesan. Proses membaca, menginterpretasikan dan membentuk pesan ini sifatnya subjektif.Artinya bahwa setiap khalayak media massa belum tentu memiliki pemaknaan yang sama untuk suatu pesan yang sama. Sebagai contoh ketika media televisi pertamakali menyiarkan suatu acara hiburan dengan memunculkan artis dangdut pendatang baru yang populer karena goyangannya, ternyata menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Di satu sisi, ada masyarakat yang menginterpretasikan bahwa goyang yang dilakukan artis tersebut adalah suatu seni, dan ketika terjadi pro dan kontra atas goyang yang ditampilkan artis tersebut, maka kelompok masyarakat ini menjadi kelompok yang menyetujui dan memberi apresiasiterhadap artis tersebut. Sementara di sisi lain, ada masyarakat yang menginterpretasikan gaya tersebut sebagai suatu bentuk pornografi, sehingga mereka menyampaikan protes dan menolak untuk menyaksikan pementasan sang artis di manapun berada.
Dari ilustrasi di atas dapat kita simpulkan bahwa suatu pesan yang disampaikan melalui media massa belum tentu akan diterima dan diinterpretasikan sama oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu, masalah proses komunikasi yang melibatkan unsur decoding, interpreteting dan encoding perlu menjadi perhatian redaksi media massa bila mereka mengaharapkan adanya penginterpretasian atau pemaknaan yang sama pada diri kahalayak terhadap pesan yang disampaikan.